Hubungan Uji Diagnostik Widal Salmonella typhi Dengan Hitung Leukosit Pada Suspek Demam Tifoid
Abstract
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang menjadi penyebab dari bakteri salmonella typhi sampai sekarang masih menjadi masalah di dunia terutama Indonesia karena kurang kebersihan, bakteri ini masuk secara oral melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menginfeksi saluran cerna, usus, kelenjar limfe usus, selanjutnya menyebar ke aliran darah masuk ke hati dan limpa, bila kasus ini dibiarkan dapat menimbulkan kematian terutama pada anak. Salah satu uji skrining untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid adalah mengunakan Uji Widal dan gambaran pemeriksaan darah rutin untuk melihat mekanisme tubuh terhadap. Leukosit diproduksi di sumsumtulang dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap adanya infeksi. Bila bakteri ini sampai kesumsum tulang maka akan menghambat pembentuan leukosit hal ini juga disebabkan adanya endotoksin dari bakteri sehingga pada kasus demam tifoid sering terjadinya penurunan jumlah leukosit. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan uji diagnostik Widal Salmonella typhi dengan hitung leukosit pada suspek demam tifoid. Metode penelitian observasi analitik desain cross sectional pada penderita suspek demam tifoid. Uji Widal ditentukan dengan metode slide aglutinasi, sedangkan untuk menentukan Hitung jumlah leukosit dengan alat Hematology Analyzer. Analisa statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (x²). Hasil uji Widal didapatkan dengan titer terbanyak 1/160-1/320 sebanyak 56.7% dengan jumlah leukosit normal yaitu 40,0% dan ditemukan leukopenia 36,6%. Hal ini dapat disimpulkan Terdapat hubungan yang signifikan antara uji widal dengan hitung jumlah leukosit dengan nilai p 0.006.
References
Baratawidjaja, Karnen G., Rengganis, I., 2010. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
D’Hiru. (2013) Live Blood Analysis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Harahap, N., 2011. ‘Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam’. FK Universitas Sumatera Utara,
Heckner. (2011) Atlas Hematologi.Jakarta : EGC.
Irawan. (2009) Analisa Apus Darah Tepi. Tersedia dalam http://panji1102.blogspot.com/2009/12/analisa-apusan-darah-tepi.html [diaskes 12 Februari 2018]
Gandasoebrata, R., 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364 /MENKES/SK/V/2006. Jakarta.
Kiswari. (2014) Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga.
Kresno. (2010) Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : BP FKUI.
Marleni M. 2012. Ketepatan uji tubex TF dibandingkan Nested-PCR dalam mendiagnosis demam tifoid pada anak pada demam hari ke-4. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Nelwan, R.H.H., 2012. ‘Tata Laksana Terkini Demam Tifoid’, in Continuing Medical Education, Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta, vol. 39, no. 4, pp. 247-50.
Nugraha. (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta : CV. Trans Info Medika.
Pearce C, Evelyn. (2014) Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : CV. Prima Grafika.
Putra, A. 2012. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam tifoid dengan kebiasaan jajan anak sekolah dasar. FK UNDIP. Semarang.
Rachman, A. F., 2011.’Uji Diagnostik Tes Serologi Widal Dibandingkan Dengan Kultur Darah Sebagai Baku Emas Untuk Diagnosis Demam Tifoid pada Anak di RSUD dr. Kariadi Semarang’. FK UNDIP.
Sudoyo AW, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Fakultas Kedokteran Univertas Indonesia. Jakarta.
Tarwoto, NS & Wartonah. (2008) Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : CV. Trans Info Medika
WHO, 2011. The Immunological Basis For Immunization Series: Module 20: Salmonella Enterica Serovar Typhi (Typhoid) Vaccines. WHO. Geneva.